Postingan ini saya tulis beberapa jam setibanya saya di Singaraja. Hari ini masih dalam suasana hari raya Galungan, tapi saya sudah harus kembali ke Singaraja karena urusan kampus (baca : kuliah). Saya dan teman saya berangkat lebih awal dari biasanya karena takut macet di jalan, maklum jalan yang kami lewati merupakan tujuan wisata. Sepanjang jalan menuju Singaraja,
mulai dari pertigaan Belayu, saya sudah disambut gerombolan pengendara motor (baca : geng motor) yang dengan seenaknya berkumpul di pinggir jalan dan hampir menghabiskan setengah lajur kiri jalan. Selama perjalanan saya menjumpai sekitar 5 sampai 6 gerombolan pengendara motor dengan suara knalpot mereka yang sangat mengganggu (menurut saya). Jalanan menjadi sedikit macet. Saya mengerti ini hari raya dan banyak orang yang ingin berpergian, tapi saya ragu mereka berkendara dengn kendaraan seperti itu hanya untuk pindah (lancong) ke tempat wisata. Saya rasa mereka ingin menunjukkan keberadaan mereka pada masyarakat, pada geng motor lain yang mereka temui di perjalanan. Mereka menyebut dirinya pengendara motor profesional (karena sudah punya geng),, tapi kok kayak anak kecil yang baru dapat SIM. Ada beberapa dari mereka yang tidak menggunakan helm, ada yang berkendara sambil mengobrol ada juga yagng tiba-tiba berhenti atau berputar arah saat melihat temannya.
Sepanjang perjalanan tadi,, telinga rasanya sakit mendengar suara motor mereka..
Saya lebih menghargai mereka yang pergi berkelompok (konvoi) dengan pengawalan polisi, kan jadu lebih tertib (tapi tetap tanpa suara knalpot motor rusak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar